Jejak karbon adalah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, diukur dalam satuan ton karbon dioksida (CO2). Data center, sebagai tulang punggung digitalisasi, menyumbang sebagian besar emisi ini karena konsumsi energi yang tinggi. Mengurangi jejak karbon sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim dan menjaga keseimbangan ekosistem. Penerapan desain green building pada data center adalah salah satu langkah strategis yang dapat diambil untuk mencapai tujuan ini.
Indonesia, yang merupakan negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, sedang mengalami perkembangan pesat dalam infrastruktur digitalnya. Selain itu, Indonesia memiliki berbagai zona iklim tergantung pada lokasinya.Beberapa wilayah, seperti daerah pesisir di Sumatera dan Jawa, mengalami suhu harian rata-rata 32°C dan puncak sesekali sekitar 34°C selama 20 tahun terakhir. Kelembaban juga bisa melebihi 80% di wilayah-wilayah ini. Seiring meningkatnya permintaan akan data center, menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa data center ini dibangun dan dioperasikan dengan cara yang ramah lingkungan.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan tinjauan komprehensif tentang proses pengembangan alat standar peringkat green data center, yang disesuaikan dengan konteks dan tantangan unik yang dihadapi Indonesia. Dengan menetapkan sistem peringkat yang distandarisasi, kita dapat mendorong dan membimbing operator data center untuk mengadopsi praktik yang lebih hijau, mengurangi konsumsi energi, dan meminimalkan jejak karbon mereka. Green data center menjadi semakin penting di era digital saat ini, karena mereka menawarkan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan efisien energi untuk mengelola dan menyimpan data. Dengan meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan dan kebutuhan akan praktik berkelanjutan, sangat penting untuk mengembangkan alat peringkat standar untuk green data center.
Green Data Center di Indonesia
Definisi dan Konsep Green Data Center
Green data center adalah fasilitas penyimpanan data yang dirancang untuk meminimalkan dampak lingkungan melalui efisiensi energi dan penggunaan sumber daya terbarukan. Data center ini menerapkan berbagai teknologi dan praktik yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan keberlanjutan operasional.
Mengapa Green Data Center?
Data center sebagai pusat aktivitas elektronik adalah konsumen energi besar, jika bukan yang terbesar, di seluruh dunia. Satu studi menemukan bahwa industri data center global mewakili sekitar 1% (satu per seratus) dari total konsumsi listrik global. Pada tahun 2018, industri ini mengkonsumsi sekitar 205 terawatt jam (TWh). Dengan populasi besar dan tingkat penetrasi e-commerce tertinggi di wilayah ini, Indonesia diproyeksikan menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk cloud computing dan data center di Asia Tenggara, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sekitar 22,7 persen selama beberapa tahun ke depan.
Untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam mendekarbonisasi ekonomi Indonesia, Standar Green Data Center yang diusulkan akan berfokus terutama pada jejak karbon dari peningkatan data center hijau, yang mencakup beberapa aspek relevan lainnya. Sementara pemangku kepentingan lain dan jurnal penelitian menggunakan istilah Data Center Berkelanjutan, pemahaman umum dari kedua istilah ini terutama merujuk pada efisiensi penggunaan listrik dan pencarian untuk berbagai keperluan.
Dampak Emisi Karbon Data Center
Emisi karbon dari data center dapat memiliki dampak luas pada lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. Berikut beberapa pertimbangan paling penting:
- Perubahan Iklim: Akumulasi gas rumah kaca dari emisi (termasuk dari data center) mempercepat perubahan iklim, menyebabkan kenaikan suhu, peristiwa cuaca yang lebih sering dan parah, kenaikan permukaan laut, dan perubahan ekosistem. Perubahan ini memiliki dampak jauh pada habitat, satwa liar, pertanian, dan komunitas pesisir.
- Penipisan Sumber Daya: Data center bergantung pada proses dan peralatan yang intensif energi, yang berkontribusi pada penipisan sumber daya. Ekstraksi dan pengolahan mineral, logam, dan bahan bakar fosil untuk energi dan pembuatan peralatan dapat membebani sumber daya alam dan ekosistem.
- Masalah Kesehatan Masyarakat: Emisi karbon data center dan polutan udara terkait dapat menurunkan kualitas udara dan berkontribusi pada masalah pernafasan, alergi, dan masalah kesehatan lainnya di komunitas sekitar, yang menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat.
- Kenaikan Biaya Energi: Konsumsi energi yang tinggi oleh data center dapat membebani jaringan listrik lokal, yang berpotensi menyebabkan kekurangan energi dan peningkatan biaya energi bagi konsumen dan bisnis. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Mengurangi Jejak Karbon dengan Standarisasi Green Data Center
Perusahaan data center secara aktif menerapkan berbagai strategi untuk mengurangi jejak karbon mereka dan mendorong keberlanjutan lingkungan. Beberapa upaya saat ini meliputi:
1. Microgrid di Lokasi
Ini adalah sistem energi lokal yang beroperasi secara independen atau bersama dengan jaringan listrik utama. Mereka mengintegrasikan berbagai sumber energi—seperti panel surya, turbin angin, baterai, dan kadang-kadang generator cadangan—untuk menyediakan pasokan listrik sebagian atau penuh ke data center. Microgrid di lokasi dapat beroperasi secara mandiri, memutuskan sambungan dari jaringan utama selama pemadaman atau berinteraksi dengan jaringan untuk mengelola pasokan dan permintaan energi.
2. Infrastruktur Hemat Energi
Menerapkan perangkat keras yang hemat energi, seperti server dan sistem pendingin, membantu meminimalkan konsumsi energi dan mengoptimalkan kinerja.
3. Konsolidasi Data Center
Menggabungkan beberapa data center menjadi sejumlah fasilitas yang lebih besar membantu mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon secara keseluruhan.
4. AI dan Pembelajaran Mesin
Teknologi ini dapat mengoptimalkan operasi data center, memprediksi dan mengelola konsumsi energi, pendinginan, dan beban kerja dengan lebih efisien.
5. Manajemen Lifecycle
Pembuangan dan daur ulang peralatan IT yang tepat pada akhir siklus hidupnya mengurangi limbah dan dampak lingkungan.
6. Penggunaan Alat Pemantauan dan Optimalisasi
Alat manajemen infrastruktur data center (DCIM) dan software digital twin membantu memantau dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya, yang mengarah pada efisiensi energi yang lebih baik dan pengurangan limbah.
Kesimpulan
Demikianlah beberapa proses dalam membangun green data center yang ramah lingkungan. Untuk mewujudkan konsep data center hemat energi ini, Anda tentunya harus memperhatikan beberapa hal seperti yang sudah disebutkan di atas.
Raih dan Dapatkan Sertifikasi Green Data Center dengan Layanan Manajemen Infrastruktur Data Center dari Prime DCS!
Prime DCS menyediakan solusi manajemen infrastruktur data center yang canggih dan efisien, membantu Anda mencapai standar keberlanjutan yang tinggi dan mendapatkan sertifikasi green data center. Optimalkan kinerja dan efisiensi energi data center Anda dengan layanan terdepan dari Prime DCS. Hubungi kami sekarang untuk konsultasi dan langkah berikutnya dalam perjalanan menuju data center yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.