Bagaimana Data Center Merubah Tren Perdagangan Secara Global

Bagaimana Data center Merubah Tren Perdagangan Secara Global

Industri ritel merupakan sektor yang sangat dinamis dan cepat berubah dibawah pengaruh teknologi. Merk-merk ternama dunia mulai tertekan dengan bermunculannya industri ritel baru yang lebih praktis dan cepat  yang berbasis online.  Di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris banyak toko maupun outlet yang ditutup dan ditelan oleh keberadaan e-commerce yang semakin bertumbuh pesat. Bahkan pada 2030 diprediksi setengah dari populasi toko offline akan tergerus oleh laju pertumbuhan e-commerce dan layanan pesan antar yang semakin menjamur.

Di sisi lain, kondisi ini juga menimbulkan masalah dikalangan industri toko online. Hal itu dikarenakan para pemain baru di toko online harus bersaing dengan perusahaan retail online raksasa seperti amazon dan Alibaba. Para pemain lama sibuk untuk membuat layanan yang mereka miliki menjadi yang paling praktis. Sebaliknya para pemain baru yang baru beralih ke online berfokus pada memperpendek rantai distribusi produk mereka dengan menghubungkan pabrik dengan konsumen secara langsung.

Pada 2017 amazon tercatat sebagai perusahaan retail terbesar ke-tiga setelah Walmart dan CVS menurut majalah Forbes, Sementara Alibaba menduduki peringkat ke 6. Lantas seberpa cepat perkembangan teknologi merubah semua itu? Baik Walmart maupun CVS didirikan pada tahun 1960. Sempat menguasai pasar dalam waktu yang cukup lama sebelum lahirlah pesaing baru, yaitu Amazon yang didirikan oleh Jeff Bezos 30 tahun kemudian pada 1995 yang pada tahun kemarin mampu meraih keuntungan Sebesar $178 trilliun. Tidak lama setelah Amzon didirikan, lahirlah pesaing baru yaitu Alibaba yang didirikan oleh Jack Ma seorang mantan guru Bahasa inggris di Tiongkok, China pada tahun 1999.

Saat ini terdapat beberapa perusahaan retail yang berkembang pesat tanpa bantuan dari toko fisik, melainkan hanya mengandalkan toko online, diantaranya adalah VIPshop, JD.com, Ebay, dan lain sebagainya. Mereka mampu bersaing bahkan bebrapa dari mereka dapatmelampaui kesuksesan perusahaan yang memiliki toko offline. Dengan adanya teknologi terkini yang semakin canggih dan praktis memudahkan aktivitas bisnis retail secara online sehingga banyak perusahaan berpindah fokus dan beralih ke retail online juga.

Target utama dari brand-brand tersebut adalah untuk menarik kaum millennial yang diniliai piawai dalam menggunakan internet dan ponsel pintar dalam sebagian besar hidup mereka. Mereka inilah yang merombak pola pasar yang cenderung konvensional menjadi seperti sekarang. Mereka tidak lagi pergi ke restoran cepat saji untuk makan, tidak lagi makan sereal untuk sarapan, tidak lagi suka mengkoleksi perhiasan, mereka lebih suka menonton Netflix atau Youtube dari pada TV kabel.

Kaum millennial inilah yang menciptakan demand baru bagi para pemain di industri retail, yaitu kebutuhan untuk data center dan teknologi. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini teknologi memerankan peranan yang krusial dan penting bagi berjalannya suatu bisnis retail. Dimulai dari menyediakan alat / perangkat, model bisnis, maupun aliran pendapatan baru. Dengan bantuan teknologi perusahaan retail dapat lebih focus memenuhi kebutuhan konsumen mereka, mempermudah akses berbelanja, meningkatkan kecepatan dan ketepatan layanan dengan menawarkan produk yang lebih relevan bagi tiap konsumen. Bagi pemilik toko fisik teknologi dapat membantu mereka dalam menghitung presentase pengujung yang datang tiap harinya dan membuat laporan yang memudahkan mereka untuk melakukan analisa dan perencanaan tentang penjualan di toko mereka.

Selain itu adanya Augmented Reality (AR) menciptakan pengalaman baru  yang membuat industri retail menjadi lebih menarik. Dalam dunia retail teknologi AR dapat digunakan untuk menarik pelanggan dan melakukan interaksi dengan pelanggan secara lebih nyata. AR tersebut dapat memandu pelanggan dan menawarkan penawaran-penawaran khusus seperti diskon maupun iklan yang dapat meningkatkan penjualan . Ditambah lagi dengan adanya interaksi melalui layer sentuh yang dapat menarik minat pelanggan untuk berbelanja dengan cara yang lebih menarik.

Meskipun perusahaan offline sulit untuk mengalahkan perusahaan berbasis online, maka banyak perusahaan offline yang mengalihkan sebagian proses bisnis mereka menjadi online, seperti pengalaman berbelanja yang diterapkan oleh Apple salah satu perusahaan paling sukses di dunia. Semua barang yang dijual oleh Apple dapat dibeli melalui online dan bahkan perusahaan retail miliknya merupakan salah satu yang memiliki profit terbesar di dunia. Sebagian besar hal ini didasari oleh desain interior dan arsitektur toko yang menarik. Namun disamping semua itu Apple juga didukung oleh jaringan Wi-Fi yang cepat, infrastruktur data center yang solid yang dapat menjaga ratusan perangkat tetap online diwaktu yang bersamaan. IPad yang merupakan produk unggulan mereka berfungsi sebagai perangkat yang memantau semua kegiatan bisnis mereka, tidak hanya di satu toko melainkan terhubung dengan seluruh jaringan retail yang mereka miliki. Bagi Apple memiliki toko fisik bukan merupakan kewajiban namun sebuah bukti eksistensi yang harus mereka jaga agar lebih unggul dibanding pesaing mereka yang hanya berbasis online.

Dengan demikian baik online maupun offline industry retail saat ini nyatanya sangat bergantung pada teknologi. Dengan banyaknya perusahaan retail beralih menjadi berbasis online maupun sebaliknya, maka kebutuhan akan data center yang handal akan meningkat pula. Kecepatan, keamanan, dan kestabilitasan menjadi hal yang paling dicari oleh perusahaan dalam membangun data center mereka.